March 11, 2018
0
Muqattam, Kamis 20 Jumadil Akhir 1439 H
Menurut Imam Asy-Syadzili, jalan tasawuf itu bukanlah jalan
kerahiban, menyendiri di goa, meninggalkan tanggung jawab sosial, tampak miskin
menderita, memakan makanan sisa, pakaian compang-camping dan sebagainya.
Tetapi, jalan sufi adalah jalan kesabaran dan keyakinan
dalam petunjuk Ilahi. Allah SWT berfirman, “Dan, Kami jadikan di antara mereka
itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar (dalam menegakkan kebenaran) dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada
hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya.” (QS
As-Sajadah [32]: 24-25)
Imam Asy-Syadzili mengatakan, “Pelabuhan (tasawuf) ini sungguh
mulia, padanya lima perkara, yakni: sabar, takwa, wara’, yakin dan makrifat.
Sabar jika ia disakiti, takwa dengan tidak menyakiti, bersikap wara’ terhadap
yang keluar masuk dari sini—beliau menunjuk ke mulutnya—dan pada hatinya, bahwa
tidak menerbos masuk ke dalamnya selain apa yang dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya, serta keyakinan terhadap rezeki (yang diberikan Allah) dan
bermakrifat terhadap Al-Haqq, yang tidak akan hina seseorang bersamanya, kepada
siapa pun dari makhluk.
Allah SWT berfirman, “Bersabarlah (Hai Muhammad) dan tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah engkau bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl [16]:
127-128)
Imam Asy-Syadzili juga mengatakan, “Orang yang berakal adalah
orang yang mengenal Allah, apa-apa yang Dia kehendaki atasnya dan apa yang
berasal darinya secara syariat. Dan, hal yang Allah inginkan dari seorang hamba
adalah empat perkara: adakalanya berupa nikmat atau cobaan, ketaatan ataupun
kemaksiatan.
Jika engkau berada dalam kenikmatan, maka Allah menuntutmu untuk
bersyukur secara syariat. Jika Allah menghendaki cobaan bagimu, maka Dia
menuntutmu untuk bersabar secara syariat. Jika Allah menghendaki ketaatan
darimu, maka Allah menuntutmu untuk bersaksi atas anugerah dan taufik-Nya
secara syariat.
Dan, jika Dia menghendaki kemaksiatan dirimu, maka Allah menuntut
dirimu untuk bertobat dan kembali kepada-Nya dengan penyesalan mendalam secara
syariat.
Siapa yang mengerti empat perkara ini datang dari Allah dan
melakukan apa yang Allah cintai darinya secara syariat, maka dia adalah hamba
yang sebenar-benarnya.
Baca juga Abu Hasan Asy-Syadzily, Gurunya Para Wali
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang ketika diberi lalu ia
bersyukur, jika ditimpa cobaan dia bersabar, jika dia menzalimi lalu meminta
ampun dan jika dia dizalimi lalu memaafkan.” Kamudian Rasul terdiam...Para
sahabat pun heran dan bertanya, “Ada hal apa, wahai Rasulullah?” Kemudian Rasul
pun menjawab, “Merekalah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam ungkapan sebahagian dari mereka menyebutkan, “Tidak akan
dianggap mudah melakukan itu, kecuali bagi seorang hamba yang memiliki cinta.
Dia tidak mencintai kecuali karena Allah semata atau mencintai apa yang Allah
perintahkan sebagai syariat agamanya.”